Entah mengapa tiba-tiba si Kate rindu akan kedamaian dan suasana kekeluargaan yang pernah ia rasakan pada suatu tempat? Tak terasa dua tahun sudah sejak terakhir kali ia meninggalkan jejaknya di desa itu. Desa di mana cintanya pernah berlabuh namun tak sampai beakhir di pelaminan.
Kini Kate memang bukan seperti yang dulu. Pemuda tampan yang selalu tampil rapi dan terlihat gagah. Hidup memang penuh misteri. Ada perubahan yang terjadi bahkan tak bisa dimengerti. Seperti yang dialami si Kate ini.
Perjalanan hidup yang manis namun kini berganti rasa pahit. Usaha sebagai kontraktor yang dirintisnya bukan hanya bangkrut tapi meninggalkan banyak utang akibat ulah teman yang menipunya.
Si Kate tak pernah menyangka, teman yang sudah seperti saudara itu tega menghianatinya. Akibatnya Kate hampir putus asa menanggung beban yang ada dalam kesendiriannya.
Kehidupan bisnis yang dialaminya hampir membuat Kate gila. Beban mental yang begitu berat harus ditanggungnya. Suatu keadaan yang tak pernah dibayangkannya. Tapi kini dialami secara nyata.
Keindahan dan suasana desa yang sekian lama ditinggalkannya itu sudah tak pernah mengisi bayangannya kini muncul begitu saja. Kate membutuhkan suasana tenang dan damai untuk menentramkan jiwanya.
Sepintas muncul sedikit senyuman walau masih terasa berat. Ehm, Uleng Tepu, gadis Desa Rangkat anak Kepala Desa Yoyok dan Mommy yang lugu nan manis melintas dalam khayalnya. Namun sayang cintanya tak menggapai harapan indah.
“Semoga engkau berbahagia kini. Syukurlah waktu itu tak jadi kita sampai ke pelaminan, sehingga engkau tak ikut menderita hari ini,” gumam Kate.
Desa Rangkat, tak ada perubahan berarti dibandingkan dua tahun yang lalu. Cuma memang kini Kepala Desanya yang sudah berganti. Bu Asih, kini yang jadi kepada desa yang dicintai. Jujur dan sederhana, sehingga dicinta warganya. Bu Asih yang mengidolakan Bu Megawati, mantan Presiden Indonesia itu memang pilihan tepat untuk memajukan desa. Wanita berusia empat puluhan itu semangatnya luar biasa.
Cafe mas Budi van Boil yang menjadi tempat berkumpul anak-anak muda masih tak ada perubahan. Tempat berkesan dimana Kate dan Uleng pernah saling bertatapan yang menjadi kenangan yang sulit terlupa.
Namun kini, wanita yang pernah menjadi pujaannya sudah berpindah ke kota mengikuti suaminya.
Tetapi bukan ini yang dicari. Kate merindukan suasana desa yang menentramkan batinnya. Dimana wajah-wajah warganya yang tak lepas senyuman.
Kate sengaja menghabiskan waktunya duduk di cafenya mas Budi sambil melihat suasana. Sempat betemu beberapa warga yang masih mengenalnya dan saling menanyakan kabar. Ada Pak Thamrin yang menawarkan untuk mampir ke rumahnya.
Ada Mas Hans mantan hansip yang kini menjadi juragan ikan lele. Miss Rohma dan Bu Enggar yang masih setia mengajar. Sempat berpapasan dengan amoy desa yang canti mirip-mirip Gong Li, Kim Foeng namanya.
Pak Edy, penyair desa sempat menerima ajakan Kate untuk menemaninya minum kopi. Kesempatan baik untuk cari inspirasi menulis puisi, pikir Pak Edy. Dalam batinnya tercetus kata,”Manstafff.”
Pada saat menikmati kopi itu, Pak Edy sempat menulis satu kalimat,”Dan mimpiku bukan puing, aku berdiri membangun mimpi di atas mimpi”
Sekilas Kate melirik pada kalimat yang menginspirasi itu,”Wah bagus kata-katanya, Pak. Wah, manstaf sekali!”
Pak Edy hanya senyum-senyum,”Mimpi saya bukan hanya jadi penyair desa, Mas Kate. Tapi ingin setiap kata-kata bergema ke penjuru dunia.”
“Pak, bukankah dengan menulis di media sosial itu setiap kata-kata Bapak sudah menyebar ke seluruh dunia?” kata Kate yang membuat senyum Pak Edy mengembag.
“Benar juga itu, Mas Kate. Manstaf pokoknya.”
Tiba-tiba Kate pun merasakan inspirasi dari kata-kata itu. Bahwa mimpinya tak boleh terkubur. Mimpi harus terus dibangun sampai menjadi nyata. Senyuman Kate seketika melebar. Dan Kate berucap penuh dengan semangat,”Yes, semangat! Jangan berhenti membangun mimpi. Bukan begitu, Pak Edy?”
Akhirnya Pak Edy pun tersenyum dan menjawab,”Yes, semangat!”
Yeay, om Kate udah post. đŸ™‚
Iya dong masak yang muda kalah sama ya tua :sungkem
ayoooo bang kate… balik ke desaa… makinbanyak nih para rangkatwati yang geulis2…. hahhahahahha :thumbup
Iya nih pengen ketemu sama Mommy, kok gak ada ya?
Wow..
wah, belum sempat buat nih..
Iya, cepatan Pak Odi dengan syairnya hehehe
Hahahahahaha….. wah ini neh, nostagila yang tidak ada matinya.
Oh… jadi tahu gara-gara mbak Uleng Sitepu pemuda Kate jadi meninggalkan desa.
Patah hati ni yeee… ?
:2thumbup
Huss, Uleng Sitepu, Uleng Tepu, Ci…sampai sekarang patah hatinya loh hahaha
:sungkem
oh om Kate patah atinye cama mba Uleng :nohope
Mbak Ajeng, itu ceritanya loh :cool
eaaaa….ada yang kangen ceritanyaaaa nehhhh………….hihihi
Kangen gara2 Popo Kim tuh, ci
Tak akan ada yg benar-benar mampu melupakan desa…#senyum bangga
Sambil berkacak pinggang lagi ya, Mbak Yety? hahah :nerd
masih banyak cinta yang menanti di desa mas Kate đŸ™‚ jangan ragu untuk kembali
Terutama dari Bu Kadesnya ya Mbak Asih hehehe :2thumbup
Bang Kate adalah saksi sejarah…
Saksi sekaligus yang ikut membangun desa…
Horas bang Kate…
Mas Hans , gimana pos ronda kita?masih amankah? jangan sampai di isi ama kambing ya? hahaha :shakehand2
selamat mengenang pak….
Halo Mas Nandar, salam jumpa :thanks2
yes mas kate masih ingat dg kenangan di desa…
Hehehe….. nostalgia awal2 rangkat…