Gaya  

Pesta Demo Terasi

BuruhTerasi231110-1
foto: www.antarafoto.com/buruh pabrik terasi

Setiap pemilu terbayang prosedur yang harus dilakukan di TPS. Celupkan jari pada tinta lalu kita saling pamer warna biru yang mengotori jemari itu. Dari jaman kapan cara pemilu masih seperti ini? Apa tidak bisa di –tender-kan minta tolong anak buah Bill Gates atau mendiang Steve Jobs membuat program khusus pemilihan wakil rakyat se-Indonesia liwat komputer? Oya saya lupa, …tidak semua rakyat punya komputer. Adapun yang punya bisa jadi juga beralasan masih banyak yang gaptek. Wah,.. pokoknya ada saja halangan, sehingga pemilu masih menggunakan cara jadoel yang saya kenal sejak masa SD. Apa tidak bisa dibuat wahana mega-website yang terkoordinasi, mampu di update cepat — dengan payung aneka partai serta calegnya masing – masing? Kategori berdasarkan dapil masing – masing pula. C’mon! Paparkan resume atau curriculum vitae ‘Siapa Aku’. Ceritakan apa kiprah Anda semua sebagai calon wakil rakyat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Foto menyebrangkan nenek – nenek juga oke untuk dipajang sebagai bukti! Kalau perlu tempatkan kolom komentar sehingga yang mengenal ‘siapa beliau’ dapat menuntaskan kebenaran resume tersebut. Dan, … tentu dilarang menggunakan ID anonim yang tidak jelas!

Ini tidak! Semua memilih wakilnya dengan gaya tebak – tebak buah manggis. Asal suka fotonya barangkali? Atau asal percaya pada partainya mungkin? Hya ampun, … ini nasib kita semua lho, … sebangsa dan setanah – air! Masih diundi dengan cara lama, untung – untungan dapat wakil rakyat yang baik, jujur dan bersahaja. Belum yang tidak perduli, golput aja! Masih terus saja dicobai dengan tehnik beli kucing dalam karung. Kasihannya bangsaku! Okay, saya yang malas bicara politik sore tadi sampai terbawa gelisah. Mengapa? Hingga malam ini tidak ada kartu pemilih yang tiba di rumah kami! Dicek dengan seorang tetangga, sama nasibnya. Tadi kami pada nguber mencari satpam di lingkungan perumahan. Tapi para satpam kompak ngumpet entah dimana, tidak dapat ditanya. Ketua RT tidak nampak batang hidungnya. Sementara kawan lain berkisah seru bahwa baru saja semalam alias H-2 didatangi oleh panitia dan didaftarkan pemilu last minute. Saya dan suami? Besok mau coba peruntungan menyoblos bermodalkan KTP dan Kartu Keluarga. Empat – belas tahun menetap disini, baru kali ini kartu pemilih tidak muncul sama sekali tanpa penjelasan. Biasanya dekat – dekat hari H selalu ada. Pertanda apa gerangan?

Baca juga :  Say No to Cigarette, Yuk !

Optimis ingin bangsaku pintar, kompak, mandiri, maju dan seterusnya. Namun disisi lain pesimis, bagaimana dengan keuangan negara? Hutang sejarah masa lalu? Bagaimana dengan stabilitas ekonomi? Siapa tokoh politik yang mampu menjadi negarawan? Mau dibawa kemana lagi kita semua ini? SDM melimpah, bahkan banyak yang bersedia menderita menjadi TKI dan TKW. Tanah luasannya mencakup Sabang hingga Merauke. Hasil bumi terus dicecap dan disedot maksimal. Kalau dibilang bodoh, mahasiswa dan pelajar Indonesia di luar negeri pun selalu jadi ‘kampiun.’ Apa sih kurangnya Indonesia? Dulu ketika saya bekerja ada satu murid dalam satu angkatan kelas 12 atau level kelas 3 SMA, satu – satunya yang masuk ke Harvard adalah anak Indonesia dan bukanlah anak bule! Kaget tidak? Angkat topi pasti? Jadi? Apa sebenarnya yang membuat kita selalu tersendat untuk mengatur nilai – nilai kebangsaan dan potensi kenegaraan kita? Masihkah celupan jemari bertinta biru punya makna sesungguhnya? Kami lelah jadi bangsa yang tersia-siakan, bahkan tak dipandang sebelah mata oleh para tetangga. Please, … jangan lagi pesta demokrasi terus – terusan jadi pesta demo terasi,…

Baca juga :  Al Kisah Paving Block Itu

Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Tetap di puja-puja bangsa

Di sana tempat lahir beta
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata

(Ismail Marzuki)

Respon (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *