DIBINATANGKAN itu gak enak sungguh. Terasa bersisik seluruh batin. Gak ada martabat, gak ada harga diri. Koleksi kata kotor itu, mencongkel rasa kemanusiaan di titik nadir. Gak ada manusia berniat jadi anjing, dan sejenisnya. Entah kapan juluran kata anjing ke manusia itu dimulai. Mungkin seumur peradaban itu sendiri. Anjing telah mendominasi dari sekian nama-nama hewan -olokan- untuk dialamatkan kepada manusia. Ini gak fair, karena sesadis-sadisnya anjing, kalaupun ia sadis atau jengkel kepada sesama anjing, belum pernah ada umpatan: “Anjing kamu”. Atau sebangsa kucing menghardik sesamanya: “Kucing kurapan loe”. Itu kelebihan hewan, di balik monoton ucapannya -meong, ugh..ugh- tiada pilihan kata lain. Andai saja ada pilihan kata lain untuk menghina, membully non verbal, maka cara manusia mengumpat akan kalah telak dari komunitas binatang.
* * *
Selanjutnya, sepasang anak manusia, kakak-beradik, menempuh perjalanan nun jauh, keduanya sudah sangat lapar. Sedang di sekelilingnya, terhampar kebun apel, sangat menggoda untuk dipetik. Pemiliknya juga tak akan tahu, jika diambil 2 atau 3 buah apel itu. Lagian ini keadaan darurat, atas nama lapar.
Kakak, aku lapar sekali
Sabar Dik
Gak tahan lagi nih Kak.
Percayalah Dik, kita tidak akan mati di sini. Juga tidak akan mati lantaran tidak makan apel-apel itu
Kakak, petik satu saja untukku.
Oh tidak. Kakak gak mau punya adik jadi anjing
***
Sang adik itu bingung dalam kelaparan, lapar dalam kebingungan. Bingung dengan ucapan kasar Sang Kakak. “Mosok petik apel saja, bisa membuatku jadi anjing?”, batin adiknya. Sang Adik bergegas, tak bisa lagi menunda rasa laparnya. Tangan kanannya sudah menjulur, lima senti lagi dengan jarak buah apel.
Dengan sigap, tangan kakaknya, memegang lembut tangan si adik. Keduanya bertatapan, ada rasa kasihan sang kakak ke adiknya. Tapi Sang Kakak ngotot, ia tak mau adiknya jadi anjing. Wah, kayak dongeng saja.
Lantas Sang Kakak, berbicara pelan, sepelan memegang tangan adiknya: “Dik, apel ini ada pemiliknya. Sekalipun nantinya, si pemilik tidak akan tahu, siapa yang petik apelnya. Ia tetap akan kesal. Dan dia akan berkata, sialan, apelku dipetik orang, dicuri. Anjing tuh orang. Dan kakak tak mau, anjing itu adalah adikku sendiri, sedang kakak masih bisa menjaga adek untuk tetap jadi manusia, selamanya”.
Orang susah yang bermartabat, lebih baik lapar daripada menistha dirinya, inspiratif
emang ya, orang klo udah kesel, kdg sebutan se bonbin keluar semua, tanpa mikir yg dikatain tu gimana perasaannya…
Membuat saya trenyuh.